Selama ini, Anda mungkin sering mendengar berbagai info soal kecantikan.
Entah itu merupakan nasehat yang dikatakan secara turun menurun atau
yang disampaikan berulang.
Salah satunya adalah lip balm jadi
kunci utama untuk membuat bibir dalam keadaan lembap. Padahal, produk
satu ini juga bisa membuat bibir kering. Bahan-bahan yang terkandung di
dalamnya bisa bereaksi negatif pada bibir. Ketahui fakta lainnya seputar
produk kecantikan yang Anda sering gunakan. Jangan sampai terjebak info
yang salah.
Mitos: Lip balm selalu bisa buat bibir lebih lembap
Fakta:
Untuk sebagian orang, lip balm adalah penyelamat utama untuk mengatasi
bibir kering. Tetapi bahan-bahan tertentu yang terkandung di dalam lip
balm, seperti menthol dan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
kekeringan. Menurut Dr. Sam Bunting, bibir tidak mengandung kelenjar
sebaceous sehingga lebih rentan terhadap kekeringan. Kuncinya adalah
lihat bahan-bahan yang terkandung pada lip balm.
"Dan ingat untuk tidak menjilat bibir Anda, karna air liur juga dapat membuat Anda iritasi," ujar dr Sam, dikutip dari Marie Claire.
Mitos: Wangi parfum menghilang
Fakta:
Saat mencium parfum favorit yang sama, lama kelamaan aromanya seperti
hilang tak bersisa.Meski ganjil, faktanya Anda memang tidak bisa mencium
wangi parfum sendiri. Menggunakan aroma yang sama setiap hari dapat
menyebabkan pemakainya menjadi kebal terhadap wangi parfum.
Hal
tersebut yang menyebabkan seseorang merasa bahwa tubuhnya tidak lagi
wangi. Menurut Roja Dove, seorang ahli parfum, hal ini terjadi karen
pengaplikasian parfum secara berlebihan. Padahal menyemprotkan parfum
pada pergelangan tangan, siku dan tulang selangka saja sudah cukup
membuat Anda wangi sepanjang hari.
Mitos: Krim anti aging harus digunakan pada usia 30 tahun.
Fakta:
Sama seperti sidik jari, kulit pada setiap orang berbeda. Pada sebagian
orang, garis-garis halus bisa saja sudah muncul pada usia dua puluhan.
Sedang yang lain, mungkin beruntung memiliki tanda-tanda penuaan di awal
usia 30 tahun. Hal tersebut bisa disebabkan dengan jenis perawatan yang
digunakan, faktor genetik atau gaya hidup.
Namun, penyebab
utama tanda-tanda penuaan adalah sinar matahari. Intinya, tidak ada
aturan seberapa cepat tanda-tanda penuaan terlihat pada kulit seseorang.
Lagipula tidak pernah ada istilah terlalu muda atau terlalu tua untuk
mulai merawat wajah dari sinar UV dan tanda penuaan.
Mitos Uap dapat membuka pori-pori
Fakta:
Pori-pori merupakan sesuatu yang misterius. Banyak orang yang berpikir
uap panas dapat membuka pori-pori dan air dingin dapat menutupnya
kembali. Kenyataannya, pori-pori tidak memiliki otot yang dapat membuka
dan menutup. Uap panas hanya membantu memudahkan keluarnya kotoran yang
berada di dalam pori-pori.
Minggu, 01 Desember 2013
DIARE
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare
hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai upaya
penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan
melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut
belum memberikan hasil yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih
menduduki peringkat atas, khususnya di daerah-daerah miskin.
Uniknya,
jumlah penderita diare yang datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
jauh lebih sedikit dibanding jumlah penderita sebenarnya. Mereka yang memeriksakan diri ke Puskemas didata hanya
25 dari per 1.000 penduduk. Namun berdasarkan survei yang dilakukan Depkes
(Departemen Kesehatan) melalui survei kesehatan rumah tangga, ternyata
penderita diare berjumlah 300 per 1.000 penduduk (Sinar Harapan, 2003).
Diare
menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala buang air
terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan
sendirinya, tanpa perlu pertolongan medis. Memang diare jarang sekali yang berakibat
kematian, tapi bukan berarti bisa dianggap remeh. Penyakit yang juga populer
dengan nama muntah berak alias muntaber ini bisa dikatakan sebagai penyakit
endemis di Indonesia, artinya terjadi secara terus-menerus di semua daerah,
baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya di
daerah-daerah miskin. Di kawasan miskin tersebut umumnya penyakit diare
dipahami bukan sebagai penyakit klinis, sehingga cara penyembuhannya tidak
melalui pengobatan medik (Sunoto, 1987). Kesenjangan pemahaman semacam ini merupakan
salah satu penyebab penting yang berakibat pada lambatnya penurunan angka
kematian akibat diare (Surya Candra et al, 1990).
Kesenjangan
pemahaman akan keadaan tubuh, dikarenakan bahwa masyarakat mengembangkan
pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya
atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya (Wolinsky, 1988).
Artinya, masyarakat lapisan bawah seringkali mendefinisikan dirinya sakit
tergantung pada persepsi dirinya akan penyakit tersebut. Mungkin, mereka
mempersepsikan bahwa diare merupakan penyakit yang serius bila penyakit
tersebut telah mengganggu aktivitasnya dalam mengerjakan pekerjaan pokoknya.
Pemukiman kumuh
merupakan kawasan yang menjadi tempat berkembangnya diare. Padahal di perkotaan
seperti Jakarta, kawasan kumuh terus berkembang, karena semakin mahal dan
terbatasnya lahan yang tersedia untuk pemukiman. Kerapatan, bangunannya sangat
tinggi (walaupun bangunannya permanen), tidak teratur, kondisi ventilasinya
buruk, dan sanitasi lingkungan tidak terlalu baik merupakan ciri pemukiman
kumuh.
Lingkungan yang
buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat
menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit.
Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya berbagai virus
penyakit menular. Karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para
penghuni kawasan kumuh. Penyakit menular yang sering dijumpai adalah diare,
diikuti dengan penyakit infeksi lainnya seperti thypoid, ispa, penyakit kulit,
campak, leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD) (Astuti MSA, 2002). Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu penyakit
ini. Gaya hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi menyebabkan usus
rentan terhadap serangan virus diare.
Namun, seperti
yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku pencegahan ini sangat
tergantung pada kondisi pribadi masing-masing individu, termasuk persepsi
individu bersangkutan dalam memandang diare. Dengan kata lain jika seseorang
mempersepsikan diare adalah penyakit yang membahayakan maka yang bersangkutan
dapat diproyeksikan akan semakin berusaha keras untuk melakukan pencegahan agar
tidak terserang diare. Sebab, upaya pencegahan penyakit ini bersumber pada
seluruh aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya preventif (Aswitha
Budiarso, 1987).
1.2 Rumusan
Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1 Apa diare itu?
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1 Apa diare itu?
2.
Apa faktor pencetus diare?
3.
Apa penyebab diare?
4.
Bagaimana cara penularan diare?
1.3 Maksud dan
Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan guna memperoleh suatu deskripsi tentang
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan guna memperoleh suatu deskripsi tentang
1
Definisi Diare
2.
faktor pencetus diare
3.
penyebab diare
4.
cara penularan diare
1.4 Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Berfungsi sebagai
literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam wawasan tentang masalah
kesehatan Khususnya tentang penyakit diare
2. Para
pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit diare
1.5 Sistematika
Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan laporan
hasil penelitian, maka penulis akan membuat susunan Karya tulis sebagaimana
sistematika di bawah ini:
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Diare adalah Suatu penyakit dengan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya (3 kali
atau lebih dalam 1 hari).
Diare seringkali disertai kejang
perut dan muntah-muntah, diare disebut juga muntahber (muntah berak) ,muntah
menceret atau muntah bocor. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar
melalui tinja. Jika tinja atau kotoran tersebut mengandung lendir dan darah,
penderita telah mengalami fase yang disebut disentri. Diare dapat terjadi dalam kadar yang ringan maupun berat. Biasanya terjadi
secara mendadak, bersifat akut, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus.
Namun sebagian besar diare dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak
yakin penyebab yang menimbulkannya. Diare tak pernah pandang bulu, ia dapat
menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, baik orang tua maupun muda.
Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global
dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh
dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas
(2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita.
2.2 Faktor pencetus diare
- Tangan yang kotor
- Makanan dan minuman yang terkontaminasi virus dan bakteri
- Ditularkan oleh binatang peliharaan
- Kontak langsung dengan feses atau material yang menyebabkan diare ( cara membersihkan diri yang tidak benar setelah ke luar dari toilet)
2.3 Penyebab
Diare dapat
disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor lingkungan
dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare. Makanan
yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak
dan keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare.
Kadang kala
sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh infeksi pada
perut atau usus. Peradangan atau infeksi usus oleh agen penyebab :
1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)
1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)
- Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.Virus penyebab diare Viral gastroenteritis atau yang dikenal sebagai "stomach virus", virus perut.
- Bakteri - Berak2 dengan darah/lendir , sakit perut. Memerlukan antibioka sebagai terapi pengobatan.
- Parasite(Giardiasis) - Berak darah+/- dan lendir, sakit perut. perlu antiparasite. Parasit cryptosporidium atau microsporidium menyebabkan diare yang terjadi pada banyak Odha. Kejadian infeksi parasit ini sudah menurun di AS sejak terapi antiretroviral (ART) dipakai.
Macam-macam
bakteri dan parasit yang biasa menyerang perut :
- E. Coli bacteria
- Salmonella enteritidis bacteria
- Compylobacter bacteria
- Shigella bacteria
- Giardo parasite
- Cryptosporidium parasite
2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia.Contoh Obat ARV
- Obat ARV: Beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha dapat menyebabkan diare. Hal ini sering berlaku dengan nelfinavir, ritonavir, Kaletra, ddI, foskarnet, tipranavir dan interferon alfa.
- Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka – Bila diare terjadi saat anak sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
- Terlalu banyak makan buah mentah atau makanan berlemak
3. kekurangan gizi misalnya :
kelaparan, kekurangan zat putih telur
·
Gizi yang buruk. Keadaan ini melemahkan kondisi tubuh penderita, sehingga
timbulnya diare akibat penyakit lain menjadi sering dan semakin parah
4. Tidak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya : Alergi terhadap susu , si anak tidak tahan meminum susu yang mengandung lemak atau laktosa
- Alergi susu,- diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut , biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
- Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh akan menyebabkan penyakit sampingan berupa diare
5. Immuno defesiensi
6. Reaksi Obat Contoh antibiotik,
obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium.
7. Penyakit
Intestinal Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi
usus, seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara
normal
2.4 Gejala Penyakit Diare
Gejala diare atau mencret adalah
tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang
disertai :1. Muntah2.
Badan lesu atau lemah3. Panas4.
Tidak nafsu makan5. Darah dan lendir dalam
kotoranRasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula
mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu
misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri
dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi
2.5. Jenis- Jenis Diare
1. Diare akut :
merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai
dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki
urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak
2. Diare bermasalah:
merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,
intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral,
kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. diare
ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga bar
muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya
tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
3. Diare persisten:
merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan
diare akut.(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI
Direktorat Jenderal PPM& PL tahun 2007)
2.6. Masa Inkubasi
Masa dari
masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa
inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella
misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi
virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa
inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi
antara 1 sampai 3 minggu.
2.7.Lama Sakit
Lama sakit juga tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Pada diare ringan
akibat virus umumnya berlangsung selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan
perawatan ringan seperti istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak
diperlukan obata-obat seperti antibiotik untuk perawatan diare seperti ini.
Sedangkan diare akibat bakteri atau parasit lain umumnya selain pemberian
cairan pada kasus-kasus tertentu seperti pada anak kurang gizi diperlukan
perawatan dengan antibiotika untuk mencegah penyebaran kuman ke seluruh tubuh.
2.8. Penularan
Penularan penyakit diare adalah
kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
·
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
·
Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat
bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
·
Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
·
Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
·
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan
alat-alat yang dipegang.
2.9. Pengobatan
Terhadap Penyakit Diare
Karena
bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara
mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi
dehidrasi. Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air
kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan buah, dan
larutan gula garam (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik
beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi
sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu
cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi
dengan elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolityang ikut hilang
bersama cairan
2.10. Perawatan
Anak yang
mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah, atau nyeri
perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera dibawa ke
dokter.
Walaupun anak tidak menunjukkan
gejala-gejala di atas tetapi anak tampak mengalami dehidrasi dengan tanda-tanda
mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan pucat, mata cowong, penurunan
aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah kencing dari
biasanya juga harus segera dibawa ke dokter.
Perawatan utama terhadap anak
yang mengalami diare adalah pemberian cairan yang adekuat dengan cairan yang
sesuai. Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus
bila anak mengalami dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil
sebaiknya tidak diberi cairan berupa air saja karena air tidak mengandung garam
dan mineral serta zat gizi yang diperlukan.
Prinsip utama perawatan diare
adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang hilang melalui kotoran,
muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah
serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Nutrisi parenteral tidak
bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal. Segera
jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding,
dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.
Nutrisi parenteral dapat
diberikan dengan aman jika megikuti pedoman diatas. Karena tubuh penderita
perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian
tersebut jangan memberi beban yang berlebihan: � START SLOW GO SLOW- OBSERVE CAREFULLY, TREAT
IMMEDIATELY�
Perbaikan dari komposisi subtrat
nutrisi, perbaikan tehnik, pengetahuan, skala prioritas dalam support metabolik
dan bedside monitor, dibutuhkan untuk mencapai recovery yang maksimal.
Saat ini ditemukan immunonutrition
yang bertujuan untuk meningkatkan immune respons pada pasien-pasien critical
ill agar supaya outcome klinis dapat diperbaiki dan lama rawat rumah sakit
dapat diturunkan seperti arginine, glutamine, glycine,( golongan asam
amino),fatty acids, nucleotide.
DAFTAR PUSTAKA
abeacheagle.blogspot.com.
2012. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Indonesia di Bidang Pariwisata. Penerbit
: Google Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada Hari Senin.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Penerbit : Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
emperordeva.wordpress.com.
2008. SDM Indonesia dalam Persaingan
Global. Penerbit : Google Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada
Hari Senin.
sdmrumahsakit.blogspot.com.
2011. SDM Kesehatan. Penerbit : Google
Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada Hari Senin.
sembiringjuniati.blogspot.com.
2012. Sistem Pengembangan SDM. Penerbit
: Google Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada Hari Senin.
KANKER SERVIKS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker dapat
menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, dan
jenis kelamin. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa tak luput dari serangan
kanker. Begitu pula dengan pria maupun wanita dapat terserang penyakit yang paling
banyak ditakuti ini. Namun, dari kenyataan yang ada, kaum wanita yang paling
banyak terkena kanker. Tidak sedikit dari mereka yang divonis terkena kanker
merasa tidak lagi punya masa depan. Penyakit ini sebenarnya timbul akibat
kondisi fisik yang tidak normal serta pola makan dan pola hidup yang tidak
sehat, meskipun bisa diketahui kanker bisa diturunkan oleh orang tua kepada
anaknya. Kaum wanita cukup rentan terhadap serangan kanker, terutama organ
vital seperti payudara, dan organ reproduksi seperti rahim, indung telur, dan
vagina. Bagi wanita, penyakit ini menjadi isu yang menakutkan.
Sistem reprosuksi wanita dibagi menjadi dua yaitu
organ kelamin luar dan organ kelamin dalam. Organ kelamin luar berfungsi
sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung alat
kelamin dalam dari infeksi. Saluran kelamin wanita merupakan lubang yang
berhubungan dengan dunia luar sehingga mikroorganisme penyebab penyakit masuk
dengan mudah dan menginfeksi kandungan. Pada umumnya, mikroorganisme masuk
melalui hubungan seksual. Sedangkan organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur
(saluran kelamin) yang terdiri atas:
a)
Indung telur (ovarium) yang berfungsi menghasilkan
telur
b)
Saluran tuba (tuba falopii) yang merupakan tempat
berlangsungnya pembuahan
c)
Rahim (uterus) yang menjadi tempat berkembangnya buah
embrio menjadi janin
d)
Vagina yang merupakan jalan lahir.
Organ kelamin luar disebut juga vulva, dibatasi oleh
labium mayora yang identik dengan kantong buah zakar (scrotum) pada lelaki yang
mengandung kelenjar keringat dan kelenjar minyak (sebacea). Setelah usia puber,
labium mayora akan ditumbuhi rambut dan labium minor yang tepat berada sebelah
dalam labium mayora mengelilingi lubang vagina dan lubang urethra. Lubang
vagina disebut introitus, berbentuk setengah lingkaran. Pada belakang iroithrus
disebut forset. Jika ada rangsangan seksual,saluran kecil pada bagian samping
iroithrus akan mengeluarkan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar
Bartholini. Urethra berada di bagian depan vagina dan merupakan saluran tempat
keluarnya air seni dari kandung kemih.
Labium minor kiri-kanan bertemu didepan membentuk
klitoris, yang merupakan tonjolan kecil yang sangat peka terhadap rangsangan
seksual. Klitoris dibungkus oleh lipatan kulit yang disebut preputium. Labium
minor dan vagina merupakan selaput lendir dan permukaannya tetap lembab
meskipun lapisan dalam sama seperti lapisan kulit lain. Labium minor dan vagina
kaya dengan pembuluh darah sehingga tampak berwarna kemerah-merahan. Lubang
vagina dikelilingi selapur dara (hymen). Kekuatan hymen bervariasi pada setiap
wanita hingga pada persetubuhan pertama, hymen bisa robek dan bisa tidak.
Organ kelamin dalam pada keadaan normal, dinding
vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang
didalam vagina kecuali bila dibuka pada saat pemeriksaan atau waktu bersetubuh.
Pada perempuan dewasa, panjang lubang vagina berkisar 7,6-10 cm. pada bagian
bawah vagina terdiri atas otot untuk mengatur besarnya garis tengah lubang
vagina. Sepertiga bagian atas vagina, terletak di atas lapisan otot tersebut
dan musah teregang. Pada puncak vagina terdapat leher rahim (serviks).
Rahim (uterus) terletak dipuncak vagina, berbentuk
seperti buah pir terletak dibelakang kandung kemih didepan rektum dan terikat
dengan ligamen. Ligamen yaitu jaringan lapisan ganda yang berfungsi untuk
menompang organ dalam ke organ dalam lainnya. Rahim terbagi dua bagian yaitu
corpus (badan) dan serviks (leher).
Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kea
rah lubang vagina. Bagian korpus rahim biasanya membengkok ke depan. Selama
masa produktif seorang perempuan, panjang korpus rahim biasanya dua kali
panjang leher rahim. Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma
laki-laki msuk kedalam dan darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi
sempit selama masa ovulasi dan kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat dan janin yang sudah tertanam di dalam rongga
rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama proses persalinan, saluran meregang
sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran serviks dilapisi kelenjar yang
menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga tidak bisa dilewati sperma
kecuali sesaat menjelang masa pelepasan telur dari indung telur (Ovulasi). Pada
saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan
terjadilah pembuahan. Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir
diserviks menyimpan sperma yang hidup selama beberapa hari.
Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu
penyebab kematian kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju
maupun Negara berkembang seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih
500.000 kasus baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang
berkembang. Data yang berhasil dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia menunjukkan, bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini
diperkirakan setiap tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis
terbesar dari kanker tersebut adalah kanker serviks (Susanto, 1998). Berdasarkan
hasil studi pendahuluan di Perjan Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung,
pada tahun 2004 kanker rahim menduduki urutan pertama kanker pada sistem
reproduksi wanita dengan jumlah 360 kasus.
Kanker memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak
sosial. Dampak fisik ini bisa berupa kecacatan atau penurunan fungsi salah satu
anggota tubuh yang diamputasi atau dioperasi, rasa nyeri, kerontokan rambut,
bahkan mungkin terjadi perubahan penampilan fisik sebagai efek samping dari
pengobatan yang dijalani penderita. Sedangkan dampak psikologis yang mungkin
muncul bisa merupakan reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus
dihadapinya, rangkaian terapi atau pengobatan yang dijalani penderita dan
“kondisi fisiknya yang baru”. Dapat pula diperkirakan akan terjadi perubahan
dalam kehidupan sosial pada penderita.
1.2 Rumusan
Masalah
Makalah ini akan
membahas tentang pengertian kanker serviks, penyebab, gejala, stadium,
pencegahan serta pengobatan kanker serviks.
1.3 Tujuan
Pembahasan
Makalah ini kami buat dengan tujuan
agar kita mampu Menghindari Kanker serviks atau setidaknya Mencegah
Kanker Serviks dan Mengetahui gejala – gejala Kanker Serviks, serta Mampu
Mengobati Kaker Serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Kanker merupakan
penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker
memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis
kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks
adalah kanker paling umum pada sistem reproduksi wanita (Monahan &
Neighbors, 1998). Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks mulai tumbuh
tidak terkontrol dan kemudian dapat menyerang jaringan terdekat atau menyebar
ke seluruh tubuh. Secara histologis terdapat dua tipe utama kanker serviks,
yaitu karsinoma skuamosa dan adenokarsinoma. Karsinoma skuamosa terdiri dari
80-95% kanker dan terjadi lebih sering pada usia lanjut. Sisa dari kasus yang
ada adalah adenokarsinoma yang terjadi lebih sering pada wanita usia muda dan
cenderung akan menjadi kanker yang agresif (berkembang dengan sangat cepat)
(Gale & Charette, 1995).
Kanker serviks
atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian akibat kanker yang terbesar
bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara global terdapat 600.000 kasus
baru dan 300.000 kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara
berkembang. Fakta-fakta tersebut membuat kanker leher rahim menempati posisi
kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia, dan menempati urutan pertama di
negara berkembang. Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada
wanita Indonesia yaitu sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan
sekarang 48 juta perempuan Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher rahim.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu
bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata
kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai
puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.
Ada yang
menyebutkan bahwa kanker servik yang biasanya dikenal dengan kanker mulut rahim
adalah suatu penyakit yang terjadi pada system reproduksi wanita tepatnya pada
mulut rahim. Mulut rahim terletak pada bagian bawah uterus yang menghubungkan
bagian atas vagina dengan uterus. Panjangnya sekitar 2 inci. Saat melahirkan
akan terjadi dilatasi (pelebaran) mulut rahim sehingga bayi dari uterus dapat
lewat menuju vagina.
Menurut Lina
Mardiana dalam bukunya yang berjudul (Kanker pada Wanita) disebutkan bahwa
kanker leher/mulut rahim (serviks) adalah kanker yang menyerang bagian ujung
bawah rahim yang menonjol ke vagina (liang senggama). Kanker ini umumnya tidak
tampak, tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya. Tahap awal munculnya kanker
rahim dimulai dengan terjadinya mutasi sel secara bertahap, tetapi progresif
dan akhirnya berkembang menjadi karsinoma. Kanker leher/mulut rahim dapat
menyebar melalui pembuluh darah, pembuluh limfa, atau langsung ke organ vital
lain seperti parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing, dan rektum.
Hingga saat ini kanker leher/mulut rahim masih menempati urutan pertama
penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia,
penderita kanker ini terbanyak kedua setelah kanker payudara.
2.2
Etiologi
Virus HPV diduga kuat sebagai
penyebab utama kanker Serviks. Virus HPV akan menyernag selaput di dalam mulut
dan kerongkongan. Serviks, serta anus. Apabila tidak segera terdeteksi, infeksi
virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prankanker serviks dalam jangka
panjang. Berikut ini beberapa faktor resiko terjadinya kanker serviks :
a)
Merokok
Wanita yang merokok memiliki kemungkinan dua kali
lipat terkena kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak merokok.
b)
Infeksi HIV
Seorang wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem
kekebalan tubuh yang kurang dapat memerangi Infeksi HPV maupun kanker pada
stadium awal.
c)
Infeksi bakteri klamidia
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang
memiliki sejarah atau infeksi klamidia saat ini, memiliki resiko kanker serviks
lebih tinggi.
d)
Pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker serviks.
e)
Hamil lebih dari tiga kali
Wanita yang menjalani tiga kali atau lebih proses
kehamilan memiliki resiko terjadinya kanker serviks lebih tinggi.
f)
Hamil pertama pada usia muda
Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah umur 17
tahun hampir selalu dua kali lebih memungkinkan terkena kanker serviks pada
usia tuanya jika dibandingkan dengan wanita yang menunda kehamilanya hingga
berusia 25 tahun atau lebih.
g)
Riwayat Keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan anda menderita kanker
serviks, resiko anda terkena kanker ini mencapai dua atau tiga kali lipat
dibandingkan orang yang tidak ada riwayat kanker serviks pada keluarga.
2.3
Gejala-gejala Kanker Serviks
Pada tahap awal
sering tidak ada tanda – tanda yang khas, namun terkadang ditemukan gejala –
gejala sebagai berikut :
a)
Keputihan atau
keluar cairan encer dari vagina
b)
Pendarahan
setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi pendarahan yang abnormal
c)
Timbulnya pendarahan
setelah masa menopause
d)
Pada fase
Inpansif dapat keluar cairan warna kuning – kuning, berbau dan dapat bercampur
dengan darah
e)
Timbul gejala –
gejala anemia bila terjadi pendarahan Kronis
f)
Timbul nyeri
Panggul atau perut dibagian bawah bila ada radang panggul
g)
Pada stadium
Lanjut, badan menjadi kurus karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum)
Penyebaran
kankerserviks ada tiga macam, yaitu :
1)
Melalui Pembuluh
Limfe (limfogen) menuju kelenjar getah bening lainnya
2)
Melalui Pembuluh
darah (hematogen)
3)
Penyebaran langsung ke parametrium, korpus
uterus, vagina, kandung kencing.
2.4
Klasifikasi Pertumbuhan Sel Kanker Serviks
1)
Mikroskopis
a)
Displasia
Displasia
ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu
b)
Stadium karsinoma insitu
Pada
karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks
c)
Stadium karsionoma mikroinvasif
Pada
karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat
juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih
5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan
pada skrining kanker
d)
Stadium karsinoma invasif
Pada
karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk
sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior
serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan
karsinoma serviks :
a)
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh
kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam
vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan
b)
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus
dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri
dan parametrium
c)
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks
yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus
2)
Makroskopis
a)
Stadium
praklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b)
Stadium
permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c)
Stadium setengah
lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir
porsio
d)
Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah
3) Klasifikasi
klinis
a)
Stage 0 : Ca.Pre invasif
b)
Stage I : Ca. Terbatas pada serviks
c)
Stage Ia : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui
secara histopatologis
d)
Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
e)
Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum
sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga
bagian proksimal
f)
Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga
bagian bawah vagina
g)
Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain
2.5
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Sitologi/Pap
Smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang
tidak terlihat
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat
lokalisasi
2.
Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen
karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna
3.
Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang
bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat
saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat
4.
Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5.
Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
6.
Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
2.6
Pengobatan
Pada umumnya,
kanker leher rahim berhasil diobati, apalagi bila ditemukan secara dini.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Pemeriksaan Pap
Smear
Pemeriksaan Pap
Smear adalah salah satu cara pemeriksaan sel leher rahim yang dapat mengetahui
perubahan perkembangan sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel
kanker sejak dini. Pemeriksaan sel leher rahim dengan cara ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 40-an. Dengan adanya teknik pemeriksaan ini, angka
kematian karena kanker rahim turun sampai 75 %.
2.
Operasi
Pada prinsipnya,
operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim dilakukan apabila kanker belum
menyebar. Bila tumor masih berada di dalam jaringan serviks dan ukurannya masih
< 3 mm, maka dilakukan operasi ekstrafacial histerektomi. Biasanya, operasi
ini resiko kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah < 1%.
Kanker serviks
tingkat IA2, IB, atau IIA dilakukan operasi pengangkatan rahim secara total
berikut kelenjar getah bening sekitarnya (radikal histerektomi). Operasi pada kanker
serviks meliputi :
a)
Lymphadenectomy,
yaitu membuang nodus limfe pada daerah serviks. Jenis operasi ini umum
dilakukan pada kanker
serviks.
b)
Radikal
trachelectomy, yaitu membuang serviks dan jaringan yang ada disekitarnya.
Kombinasi radikal trachelectomy dan lymphadenectomy merupakan pilihan
operasi bagi wanita muda yang mengidap kanker serviks stadium awal bagi yang
ingin mempertahankan kesuburannya.
c)
Radikal
hysterectomy, yaitu operasi mengangkat uterus, serviks dan sebagian vagina.
Pada beberapa kasus, ovarium, tuba falopi dan nodus limfe juga ikut diangkat.
Jenis operasi ini dikombinasikan dengan kemoterapi atau terapi radiasi.
d)
Bilateral
Salpingo-oophorectomy, yaitu operasi mengangkat kedua ovarium dan tuba falopi.
Jenis operasi ini pada beberapa kasus dikombinasikan dengan hysterectomy.
3.
Pengobatan
dengan zat kimia (Khemoterapi)
Kemoterapi
adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel kanker. Obat
ini menyasar sel kanker dengan cara merusak dan menghambat factor-faktor
pertumbuhan sel. Pada beberapa jenis obat kemoterapi yang konvensional efek
obat kemo tidak hanya berakibat pada sel kanker saja tapi juga pada sel yang sehat. Sehingga sering
kali muncul efek samping pasca pemberian kemoterapi, contohnya adalah
kebotakan, mual dan muntah. Obat kemoterapi biasanya diberikan melalui
intravena (IV) atau per oral. Sebenarnya terdapat rute lain lagi yang bisa
digunakan namun untuk kanker serviks pemberiannya lebih umum dengan intravena
atau mulut.
Beberapa jenis
kemoterapi yang biasanya digunakan pada pengobatan kanker serviks adalah:
a)
Carboplatin
b)
Cisplatin
c)
Paclitaxel
d)
Fluorouracil
(5FU)
e)
Cyclophosphamide
f)
Docetaxel
g)
Ifosfamide
h)
Gemcitabine
Efek samping
yang sering terjadi pada kemoterapi dapat bervariasi, tergantung pada jenis
obat yang diberikan. Ada obat yang secara spesifik menyebabkan mual-muntah, ada
yang menyebabkan kebotakan, ada yang menyebabkan penurunan sel darah putih.
Namun secara umum obat kemoterapi akan menyebabkan mual, kebotakan dan rasa
kelelahan. Saat ini berkembang obat-obat yang berfungsi untuk mengatasi efek
samping yang muncul pasca kemoterapi sehingga pasien akan merasa lebih nyaman
pasca kemoterapi.
Frekuensi
pemberian kemoterapi tergantung pada berbagai factor. Dokter akan membuat
rencana pengobatan sesuai berdasarkan pada jenis kanker, stadium,
factor kesehatan, jenis obat kemoterapi yang diberikan dan metode pengobatan
lain yang digunakan.
Pada kanker
serviks, pemberian obat kemoterapi umumnya diberikan setiap minggu atau setiap
tiga minggu sekali. Jika pemberian dengan metode setiap 3 minggu maka akan
diberikan sebanyak 6 siklus. Pada beberapa kasus, kemoterapi tidak bisa
dilakukan secara lengkap sebanyak 6 siklus, sehingga dokter terkadang harus
memilih alternative pengobatan lain.
Hal-hal yang sebaiknya diketahui sebelum menjalani
kemoterapi antara lain:
Kemoterapi
merupakan pengobatan yang intensive sehingga pasien sebaiknya mengetahui
beberapa hal sebelum menjalani kemoterapi seperti obat kemoterapi apa yang akan
diberikan, mengapa obat ini dipilih, berapa lama kemoterapi akan berlangsung
dan berapa siklus, apa efek samping yang akan muncul, efek samping apa yang
membutuhkan perhatian medis, berapa tingkat kesuksesan pengobatan dengan
kemoterapi ini dengan wanita lain pada kasus yang sama, apakah kemoterapi ini
akan berdampak pada aktivitas keseharian, apakah ada obat yang akan diberikan
untuk mengatasi efek samping kemoterapi.
Kanker serviks dapat
berdampak pada kesuburan, hal ini terkadang sangat sulit untuk
dibayangkan. Tapi tetaplah berfikir bahwa ketidaksuburan yang terjadi setelah kanker serviks
sebenarnya dapat dielakkan sebab ada beberapa tahapan yang dapat anda lakukan
untuk melindungi dan membuat anda tetap akan bisa memiliki anak.
Tahapan-tahapan tersebut antara lain :
a)
Vaksin HPV
Vaksin HPV saat
ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil kelamin karena
HPV. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA)
pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26 tahun. Keefektifan
vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun, seberapa lama vaksin
ini dapat memberikan efek perlindungan masih belum jelas. Sebaiknya vaksin
diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan
HPV. Efek samping paling umum adanya nyeri ketika disuntikkan. Vaksin ini belum
direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit informasi mengenai
keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat melindungi dari
paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap
diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk
semua tipe HPV.
b)
Terapi Radiasi
Kanker Serviks
Terapi radiasi
menggunakan energy tinggi seperti sinar-x untuk menurunkan ukuran tumor atau
membunuh sel kanker. Jenis pengobatan ini dapat digunakan secara internal
dengan material radioaktif yang ditanam dalam bentuk implant dan dimasukkan
pada uterus atau secara eksternal dengan menggunakan mesin terapi radiasi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang wanita
pada daerah genitalia, yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus yang bersifat
Onkogenik (menyebabkan kanker). Faktor resiko terjadinya kanker serviks antara
lain : perokok, terinfeksi HIV, terinfeksi bakteri klamidia, pil KB, hamil
pertama di usia muda, hamil lebih dari 3 kali danriwayat keluarga yang terkena
kanker serviks.
3.2
Saran
“Lebih baik
mencegah daripada mengobati”
Penulis menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu penulis sangat
membutuhkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)