JellyPages.com

Minggu, 01 Desember 2013

Ternyata Lip Balm bisa membuat bibir kita kering :( #ooh, tidak !

Selama ini, Anda mungkin sering mendengar berbagai info soal kecantikan. Entah itu merupakan nasehat yang dikatakan secara turun menurun atau yang disampaikan berulang.

Salah satunya adalah lip balm jadi kunci utama untuk membuat bibir dalam keadaan lembap. Padahal, produk satu ini juga bisa membuat bibir kering. Bahan-bahan yang terkandung di dalamnya bisa bereaksi negatif pada bibir. Ketahui fakta lainnya seputar produk kecantikan yang Anda sering gunakan. Jangan sampai terjebak info yang salah.

Mitos: Lip balm selalu bisa buat bibir lebih lembap
Fakta: Untuk sebagian orang, lip balm adalah penyelamat utama untuk mengatasi bibir kering. Tetapi bahan-bahan tertentu yang terkandung di dalam lip balm, seperti menthol dan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan kekeringan. Menurut Dr. Sam Bunting, bibir tidak mengandung kelenjar sebaceous sehingga lebih rentan terhadap kekeringan. Kuncinya adalah lihat bahan-bahan yang terkandung pada lip balm.

"Dan ingat untuk tidak menjilat bibir Anda, karna air liur juga dapat membuat Anda iritasi," ujar dr Sam, dikutip dari Marie Claire.

Mitos: Wangi parfum menghilang
Fakta: Saat mencium parfum favorit yang sama, lama kelamaan aromanya seperti hilang tak bersisa.Meski ganjil, faktanya Anda memang tidak bisa mencium wangi parfum  sendiri. Menggunakan aroma yang sama setiap hari dapat menyebabkan pemakainya menjadi kebal terhadap wangi parfum.

Hal tersebut yang menyebabkan seseorang merasa bahwa tubuhnya tidak lagi wangi. Menurut Roja Dove, seorang  ahli parfum, hal ini terjadi karen pengaplikasian parfum secara berlebihan. Padahal menyemprotkan parfum pada pergelangan tangan, siku dan tulang selangka saja sudah cukup membuat Anda wangi sepanjang hari.

Mitos: Krim anti aging harus digunakan pada usia 30 tahun.
Fakta:
Sama seperti sidik jari, kulit pada setiap orang berbeda. Pada sebagian orang, garis-garis halus bisa saja sudah muncul pada usia dua puluhan. Sedang yang lain, mungkin beruntung memiliki tanda-tanda penuaan di awal usia 30 tahun. Hal tersebut bisa disebabkan dengan jenis perawatan yang digunakan, faktor genetik atau gaya hidup.

Namun, penyebab utama tanda-tanda penuaan adalah sinar matahari. Intinya, tidak ada aturan seberapa cepat tanda-tanda penuaan terlihat pada kulit seseorang. Lagipula tidak pernah ada istilah terlalu muda atau terlalu tua untuk mulai merawat wajah dari sinar UV dan tanda penuaan.

Mitos Uap dapat membuka pori-pori
Fakta: Pori-pori merupakan sesuatu yang misterius. Banyak orang yang berpikir uap panas dapat membuka pori-pori dan air dingin dapat menutupnya kembali. Kenyataannya, pori-pori tidak memiliki otot yang dapat membuka dan menutup. Uap panas hanya membantu memudahkan keluarnya kotoran yang berada di dalam pori-pori.

DIARE

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas, khususnya di daerah-daerah miskin.
Uniknya, jumlah penderita diare yang datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) jauh lebih sedikit dibanding jumlah penderita sebenarnya. Mereka yang memeriksakan diri ke Puskemas didata hanya 25 dari per 1.000 penduduk. Namun berdasarkan survei yang dilakukan Depkes (Departemen Kesehatan) melalui survei kesehatan rumah tangga, ternyata penderita diare berjumlah 300 per 1.000 penduduk (Sinar Harapan, 2003).
Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala buang air terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan sendirinya, tanpa perlu pertolongan medis. Memang diare jarang sekali yang berakibat kematian, tapi bukan berarti bisa dianggap remeh. Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak alias muntaber ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi secara terus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya di daerah-daerah miskin. Di kawasan miskin tersebut umumnya penyakit diare dipahami bukan sebagai penyakit klinis, sehingga cara penyembuhannya tidak melalui pengobatan medik (Sunoto, 1987). Kesenjangan pemahaman semacam ini merupakan salah satu penyebab penting yang berakibat pada lambatnya penurunan angka kematian akibat diare (Surya Candra et al, 1990).
Kesenjangan pemahaman akan keadaan tubuh, dikarenakan bahwa masyarakat mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya (Wolinsky, 1988). Artinya, masyarakat lapisan bawah seringkali mendefinisikan dirinya sakit tergantung pada persepsi dirinya akan penyakit tersebut. Mungkin, mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan penyakit yang serius bila penyakit tersebut telah mengganggu aktivitasnya dalam mengerjakan pekerjaan pokoknya.
Pemukiman kumuh merupakan kawasan yang menjadi tempat berkembangnya diare. Padahal di perkotaan seperti Jakarta, kawasan kumuh terus berkembang, karena semakin mahal dan terbatasnya lahan yang tersedia untuk pemukiman. Kerapatan, bangunannya sangat tinggi (walaupun bangunannya permanen), tidak teratur, kondisi ventilasinya buruk, dan sanitasi lingkungan tidak terlalu baik merupakan ciri pemukiman kumuh.
Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya berbagai virus penyakit menular. Karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh. Penyakit menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti dengan penyakit infeksi lainnya seperti thypoid, ispa, penyakit kulit, campak, leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD) (Astuti MSA, 2002). Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu penyakit ini. Gaya hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare.
Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku pencegahan ini sangat tergantung pada kondisi pribadi masing-masing individu, termasuk persepsi individu bersangkutan dalam memandang diare. Dengan kata lain jika seseorang mempersepsikan diare adalah penyakit yang membahayakan maka yang bersangkutan dapat diproyeksikan akan semakin berusaha keras untuk melakukan pencegahan agar tidak terserang diare. Sebab, upaya pencegahan penyakit ini bersumber pada seluruh aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya preventif (Aswitha Budiarso, 1987).
1.2       Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1          Apa diare  itu?
2.         Apa faktor pencetus diare?
3.         Apa penyebab diare?
4.         Bagaimana cara penularan diare?       
1.3       Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan guna memperoleh suatu deskripsi tentang
1          Definisi Diare
2.         faktor pencetus diare
3.         penyebab diare
4.         cara penularan diare
1.4       Manfaat
            Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1.      Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam wawasan tentang masalah kesehatan Khususnya tentang penyakit diare
2.      Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang  penyakit diare
1.5       Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan laporan hasil penelitian, maka penulis akan membuat susunan Karya tulis sebagaimana sistematika di bawah ini:
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Diare adalah Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari).
Diare seringkali disertai kejang perut dan muntah-muntah, diare disebut juga muntahber (muntah berak) ,muntah menceret atau muntah bocor. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Jika tinja atau kotoran tersebut mengandung lendir dan darah, penderita telah mengalami fase yang disebut disentri. Diare dapat terjadi dalam kadar yang ringan maupun berat. Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat akut, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun sebagian besar diare dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak yakin penyebab yang menimbulkannya. Diare tak pernah pandang bulu, ia dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, baik orang tua maupun muda. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita.
2.2 Faktor pencetus diare
  1. Tangan yang kotor
  2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi virus dan bakteri
  3. Ditularkan oleh binatang peliharaan
  4. Kontak langsung dengan feses atau material yang menyebabkan diare ( cara membersihkan diri yang tidak benar setelah ke luar dari toilet)
2.3   Penyebab
Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor lingkungan dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare. Makanan yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak dan keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare.
Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh infeksi pada perut atau usus. Peradangan atau infeksi  usus oleh agen penyebab :
1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)
  • Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.Virus penyebab diare Viral gastroenteritis atau yang dikenal sebagai "stomach virus", virus perut.
  • Bakteri -  Berak2 dengan darah/lendir , sakit perut. Memerlukan antibioka sebagai terapi pengobatan.
  • Parasite(Giardiasis) - Berak darah+/- dan lendir, sakit perut. perlu antiparasite. Parasit cryptosporidium atau microsporidium menyebabkan diare yang terjadi pada banyak Odha. Kejadian infeksi parasit ini sudah menurun di AS sejak terapi antiretroviral (ART) dipakai.
Macam-macam bakteri dan parasit yang biasa menyerang perut :
  1. E. Coli bacteria
  2. Salmonella enteritidis bacteria
  3. Compylobacter bacteria
  4. Shigella bacteria
  5. Giardo parasite
  6. Cryptosporidium parasite

2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia.Contoh Obat ARV
  • Obat ARV: Beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha dapat menyebabkan diare. Hal ini sering berlaku dengan nelfinavir, ritonavir, Kaletra, ddI, foskarnet, tipranavir dan interferon alfa.
  • Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka – Bila diare terjadi saat anak sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
  • Terlalu banyak makan buah mentah atau makanan berlemak
3. kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur
·         Gizi yang buruk. Keadaan ini melemahkan kondisi tubuh penderita, sehingga timbulnya diare akibat penyakit lain menjadi sering dan semakin parah

4. Tidak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya : Alergi terhadap susu , si anak tidak tahan meminum susu yang mengandung lemak atau laktosa
  • Alergi susu,- diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut , biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh akan menyebabkan penyakit sampingan berupa diare
5. Immuno defesiensi
6. Reaksi Obat Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium.
7. Penyakit Intestinal Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal
2.4  Gejala Penyakit Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai :1.      Muntah2.      Badan lesu atau lemah3.      Panas4.      Tidak nafsu makan5.      Darah dan lendir dalam kotoranRasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi
2.5. Jenis- Jenis Diare
1.      Diare akut : merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak
2.      Diare bermasalah: merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
3.      Diare persisten: merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diare akut.(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM& PL tahun 2007)
2.6. Masa Inkubasi
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu.
2.7.Lama Sakit
Lama sakit juga tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Pada diare ringan akibat virus umumnya berlangsung selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan perawatan ringan seperti istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak diperlukan obata-obat seperti antibiotik untuk perawatan diare seperti ini. Sedangkan diare akibat bakteri atau parasit lain umumnya selain pemberian cairan pada kasus-kasus tertentu seperti pada anak kurang gizi diperlukan perawatan dengan antibiotika untuk mencegah penyebaran kuman ke seluruh tubuh.
2.8. Penularan
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
·         Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
·         Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut.  Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. 
·         Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
·         Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
·         Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
2.9. Pengobatan Terhadap Penyakit Diare
Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan buah, dan larutan gula garam    (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolityang ikut hilang bersama cairan
2.10. Perawatan
Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah, atau nyeri perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera dibawa ke dokter.
Walaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi anak tampak mengalami dehidrasi dengan tanda-tanda mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan pucat, mata cowong, penurunan aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah kencing dari biasanya juga harus segera dibawa ke dokter.
Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare adalah pemberian cairan yang adekuat dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya tidak diberi cairan berupa air saja karena air tidak mengandung garam dan mineral serta zat gizi yang diperlukan.
Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1.            Kesimpulan
Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.
Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman diatas. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang berlebihan: START SLOW GO SLOW- OBSERVE CAREFULLY, TREAT IMMEDIATELY
Perbaikan dari komposisi subtrat nutrisi, perbaikan tehnik, pengetahuan, skala prioritas dalam support metabolik dan bedside monitor, dibutuhkan untuk mencapai recovery yang maksimal.
Saat ini ditemukan immunonutrition  yang bertujuan untuk meningkatkan immune respons pada pasien-pasien critical ill agar supaya outcome klinis dapat diperbaiki dan lama rawat rumah sakit dapat diturunkan  seperti arginine, glutamine, glycine,( golongan asam amino),fatty acids, nucleotide.

DAFTAR PUSTAKA
abeacheagle.blogspot.com. 2012. Pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia di Bidang Pariwisata.  Penerbit : Google Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada Hari Senin.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Penerbit : Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
emperordeva.wordpress.com. 2008. SDM Indonesia dalam Persaingan Global. Penerbit : Google Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada Hari Senin.
sdmrumahsakit.blogspot.com. 2011. SDM Kesehatan. Penerbit : Google Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada Hari Senin.
sembiringjuniati.blogspot.com. 2012. Sistem Pengembangan SDM. Penerbit : Google Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada Hari Senin.

KANKER SERVIKS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, dan jenis kelamin. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa tak luput dari serangan kanker. Begitu pula dengan pria maupun wanita dapat terserang penyakit yang paling banyak ditakuti ini. Namun, dari kenyataan yang ada, kaum wanita yang paling banyak terkena kanker. Tidak sedikit dari mereka yang divonis terkena kanker merasa tidak lagi punya masa depan. Penyakit ini sebenarnya timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal serta pola makan dan pola hidup yang tidak sehat, meskipun bisa diketahui kanker bisa diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Kaum wanita cukup rentan terhadap serangan kanker, terutama organ vital seperti payudara, dan organ reproduksi seperti rahim, indung telur, dan vagina. Bagi wanita, penyakit ini menjadi isu yang menakutkan.
Sistem reprosuksi wanita dibagi menjadi dua yaitu organ kelamin luar dan organ kelamin dalam. Organ kelamin luar berfungsi sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung alat kelamin dalam dari infeksi. Saluran kelamin wanita merupakan lubang yang berhubungan dengan dunia luar sehingga mikroorganisme penyebab penyakit masuk dengan mudah dan menginfeksi kandungan. Pada umumnya, mikroorganisme masuk melalui hubungan seksual. Sedangkan organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin) yang terdiri atas:
a)         Indung telur (ovarium) yang berfungsi menghasilkan telur
b)        Saluran tuba (tuba falopii) yang merupakan tempat berlangsungnya pembuahan
c)         Rahim (uterus) yang menjadi tempat berkembangnya buah embrio menjadi janin
d)        Vagina yang merupakan jalan lahir.
Organ kelamin luar disebut juga vulva, dibatasi oleh labium mayora yang identik dengan kantong buah zakar (scrotum) pada lelaki yang mengandung kelenjar keringat dan kelenjar minyak (sebacea). Setelah usia puber, labium mayora akan ditumbuhi rambut dan labium minor yang tepat berada sebelah dalam labium mayora mengelilingi lubang vagina dan lubang urethra. Lubang vagina disebut introitus, berbentuk setengah lingkaran. Pada belakang iroithrus disebut forset. Jika ada rangsangan seksual,saluran kecil pada bagian samping iroithrus akan mengeluarkan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar Bartholini. Urethra berada di bagian depan vagina dan merupakan saluran tempat keluarnya air seni dari kandung kemih.
Labium minor kiri-kanan bertemu didepan membentuk klitoris, yang merupakan tonjolan kecil yang sangat peka terhadap rangsangan seksual. Klitoris dibungkus oleh lipatan kulit yang disebut preputium. Labium minor dan vagina merupakan selaput lendir dan permukaannya tetap lembab meskipun lapisan dalam sama seperti lapisan kulit lain. Labium minor dan vagina kaya dengan pembuluh darah sehingga tampak berwarna kemerah-merahan. Lubang vagina dikelilingi selapur dara (hymen). Kekuatan hymen bervariasi pada setiap wanita hingga pada persetubuhan pertama, hymen bisa robek dan bisa tidak.
Organ kelamin dalam pada keadaan normal, dinding vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang didalam vagina kecuali bila dibuka pada saat pemeriksaan atau waktu bersetubuh. Pada perempuan dewasa, panjang lubang vagina berkisar 7,6-10 cm. pada bagian bawah vagina terdiri atas otot untuk mengatur besarnya garis tengah lubang vagina. Sepertiga bagian atas vagina, terletak di atas lapisan otot tersebut dan musah teregang. Pada puncak vagina terdapat leher rahim (serviks).
Rahim (uterus) terletak dipuncak vagina, berbentuk seperti buah pir terletak dibelakang kandung kemih didepan rektum dan terikat dengan ligamen. Ligamen yaitu jaringan lapisan ganda yang berfungsi untuk menompang organ dalam ke organ dalam lainnya. Rahim terbagi dua bagian yaitu corpus (badan) dan serviks (leher).
Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kea rah lubang vagina. Bagian korpus rahim biasanya membengkok ke depan. Selama masa produktif seorang perempuan, panjang korpus rahim biasanya dua kali panjang leher rahim. Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma laki-laki msuk kedalam dan darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi sempit selama masa ovulasi dan kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat dan  janin yang sudah tertanam di dalam rongga rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama proses persalinan, saluran meregang sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran serviks dilapisi kelenjar yang menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga tidak bisa dilewati sperma kecuali sesaat menjelang masa pelepasan telur dari indung telur (Ovulasi). Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan. Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir diserviks menyimpan sperma yang hidup selama beberapa hari.
Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun Negara berkembang seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang berkembang. Data yang berhasil dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis terbesar dari kanker tersebut adalah kanker serviks (Susanto, 1998). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Perjan Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung, pada tahun 2004 kanker rahim menduduki urutan pertama kanker pada sistem reproduksi wanita dengan jumlah 360 kasus.
Kanker memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak sosial. Dampak fisik ini bisa berupa kecacatan atau penurunan fungsi salah satu anggota tubuh yang diamputasi atau dioperasi, rasa nyeri, kerontokan rambut, bahkan mungkin terjadi perubahan penampilan fisik sebagai efek samping dari pengobatan yang dijalani penderita. Sedangkan dampak psikologis yang mungkin muncul bisa merupakan reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus dihadapinya, rangkaian terapi atau pengobatan yang dijalani penderita dan “kondisi fisiknya yang baru”. Dapat pula diperkirakan akan terjadi perubahan dalam kehidupan sosial pada penderita.
1.2    Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas tentang pengertian kanker serviks, penyebab, gejala, stadium, pencegahan serta pengobatan kanker serviks.
1.3    Tujuan Pembahasan
Makalah ini kami buat dengan tujuan agar kita mampu Menghindari   Kanker serviks atau setidaknya Mencegah Kanker Serviks dan Mengetahui gejala – gejala Kanker Serviks, serta Mampu Mengobati Kaker Serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker paling umum pada sistem reproduksi wanita (Monahan & Neighbors, 1998). Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks mulai tumbuh tidak terkontrol dan kemudian dapat menyerang jaringan terdekat atau menyebar ke seluruh tubuh. Secara histologis terdapat dua tipe utama kanker serviks, yaitu karsinoma skuamosa dan adenokarsinoma. Karsinoma skuamosa terdiri dari 80-95% kanker dan terjadi lebih sering pada usia lanjut. Sisa dari kasus yang ada adalah adenokarsinoma yang terjadi lebih sering pada wanita usia muda dan cenderung akan menjadi kanker yang agresif (berkembang dengan sangat cepat) (Gale & Charette, 1995).
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian akibat kanker yang terbesar bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara global terdapat 600.000 kasus baru dan 300.000 kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara berkembang. Fakta-fakta tersebut membuat kanker leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia, dan menempati urutan pertama di negara berkembang. Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada wanita Indonesia yaitu sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan sekarang 48 juta perempuan Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher rahim. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.
Ada yang menyebutkan bahwa kanker servik yang biasanya dikenal dengan kanker mulut rahim adalah suatu penyakit yang terjadi pada system reproduksi wanita tepatnya pada mulut rahim. Mulut rahim terletak pada bagian bawah uterus yang menghubungkan bagian atas vagina dengan uterus. Panjangnya sekitar 2 inci. Saat melahirkan akan terjadi dilatasi (pelebaran) mulut rahim sehingga bayi dari uterus dapat lewat menuju vagina.
Menurut Lina Mardiana dalam bukunya yang berjudul (Kanker pada Wanita) disebutkan bahwa kanker leher/mulut rahim (serviks) adalah kanker yang menyerang bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke vagina (liang senggama). Kanker ini umumnya tidak tampak, tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya. Tahap awal munculnya kanker rahim dimulai dengan terjadinya mutasi sel secara bertahap, tetapi progresif dan akhirnya berkembang menjadi karsinoma. Kanker leher/mulut rahim dapat menyebar melalui pembuluh darah, pembuluh limfa, atau langsung ke organ vital lain seperti parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing, dan rektum. Hingga saat ini kanker leher/mulut rahim masih menempati urutan pertama penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia, penderita kanker ini terbanyak kedua setelah kanker payudara.
2.2    Etiologi
Virus HPV diduga kuat sebagai penyebab utama kanker Serviks. Virus HPV akan menyernag selaput di dalam mulut dan kerongkongan. Serviks, serta anus. Apabila tidak segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prankanker serviks dalam jangka panjang. Berikut ini beberapa faktor resiko terjadinya kanker serviks :
a)         Merokok
Wanita yang merokok memiliki kemungkinan dua kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak merokok.
b)        Infeksi HIV
Seorang wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang dapat memerangi Infeksi HPV maupun kanker pada stadium awal.
c)         Infeksi bakteri klamidia
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi klamidia saat ini, memiliki resiko kanker serviks lebih tinggi.
d)        Pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks.
e)         Hamil lebih dari tiga kali
Wanita yang menjalani tiga kali atau lebih proses kehamilan memiliki resiko terjadinya kanker serviks lebih tinggi.
f)         Hamil pertama pada usia muda
Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah umur 17 tahun hampir selalu dua kali lebih memungkinkan terkena kanker serviks pada usia tuanya jika dibandingkan dengan wanita yang menunda kehamilanya hingga berusia 25 tahun atau lebih.
g)        Riwayat Keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan anda menderita kanker serviks, resiko anda terkena kanker ini mencapai dua atau tiga kali lipat dibandingkan orang yang tidak ada riwayat kanker serviks pada keluarga.
2.3    Gejala-gejala Kanker Serviks
Pada tahap awal sering tidak ada tanda – tanda yang khas, namun terkadang ditemukan gejala – gejala sebagai berikut :
a)         Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina
b)        Pendarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi pendarahan yang abnormal
c)         Timbulnya pendarahan setelah masa menopause
d)        Pada fase Inpansif dapat keluar cairan warna kuning – kuning, berbau dan dapat bercampur dengan darah
e)         Timbul gejala – gejala anemia bila terjadi pendarahan Kronis
f)         Timbul nyeri Panggul atau perut dibagian bawah bila ada radang panggul
g)        Pada stadium Lanjut, badan menjadi kurus karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum)
Penyebaran kankerserviks ada tiga macam, yaitu :
1)        Melalui Pembuluh Limfe (limfogen) menuju kelenjar getah bening lainnya
2)        Melalui Pembuluh darah (hematogen)
3)         Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing.
2.4    Klasifikasi Pertumbuhan Sel Kanker Serviks
1)   Mikroskopis
a)    Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu
b)   Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks
c)    Stadium karsionoma mikroinvasif
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker
d)   Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks :
a)        Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan
b)        Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium
c)        Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus
2)   Makroskopis
a)         Stadium praklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b)        Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c)         Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d)        Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah
3)  Klasifikasi klinis
a)         Stage 0 : Ca.Pre invasif
b)        Stage I : Ca. Terbatas pada serviks
c)         Stage Ia : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
d)        Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
e)         Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
f)         Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
g)        Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain
2.5    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Sitologi/Pap Smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi
2.      Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna
3.      Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat
4.      Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5.      Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
6.      Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
2.6    Pengobatan
Pada umumnya, kanker leher rahim berhasil diobati, apalagi bila ditemukan secara dini. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.         Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear adalah salah satu cara pemeriksaan sel leher rahim yang dapat mengetahui perubahan perkembangan sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan sel leher rahim dengan cara ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 40-an. Dengan adanya teknik pemeriksaan ini, angka kematian karena kanker rahim turun sampai 75 %.
2.         Operasi
Pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim dilakukan apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada di dalam jaringan serviks dan ukurannya masih < 3 mm, maka dilakukan operasi ekstrafacial histerektomi. Biasanya, operasi ini resiko kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah < 1%.
Kanker serviks tingkat IA2, IB, atau IIA dilakukan operasi pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah bening sekitarnya (radikal histerektomi). Operasi pada kanker serviks meliputi :
a)    Lymphadenectomy, yaitu membuang nodus limfe pada daerah serviks. Jenis operasi ini umum dilakukan pada kanker serviks.
b)   Radikal trachelectomy, yaitu membuang serviks dan jaringan yang ada disekitarnya.  Kombinasi radikal trachelectomy dan lymphadenectomy merupakan pilihan operasi bagi wanita muda yang mengidap kanker serviks stadium awal bagi yang ingin mempertahankan kesuburannya.
c)    Radikal hysterectomy, yaitu operasi mengangkat uterus, serviks dan sebagian vagina. Pada beberapa kasus, ovarium, tuba falopi dan nodus limfe juga ikut diangkat. Jenis operasi ini dikombinasikan dengan kemoterapi atau terapi radiasi.
d)   Bilateral Salpingo-oophorectomy, yaitu operasi mengangkat kedua ovarium dan tuba falopi. Jenis operasi ini pada beberapa kasus dikombinasikan dengan hysterectomy.
3.         Pengobatan dengan zat kimia (Khemoterapi)
Kemoterapi adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel kanker. Obat ini menyasar sel kanker dengan cara merusak dan menghambat factor-faktor pertumbuhan sel. Pada beberapa jenis obat kemoterapi yang konvensional efek obat kemo tidak hanya berakibat pada sel kanker saja tapi juga pada sel yang sehat. Sehingga sering kali muncul efek samping pasca pemberian kemoterapi, contohnya adalah kebotakan, mual dan muntah. Obat kemoterapi biasanya diberikan melalui intravena (IV) atau per oral. Sebenarnya terdapat rute lain lagi yang bisa digunakan namun untuk kanker serviks pemberiannya lebih umum dengan intravena atau mulut.
Beberapa jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada pengobatan kanker serviks adalah:
a)    Carboplatin
b)   Cisplatin
c)    Paclitaxel
d)   Fluorouracil (5FU)
e)    Cyclophosphamide
f)    Docetaxel
g)   Ifosfamide
h)   Gemcitabine
Efek samping yang sering terjadi pada kemoterapi dapat bervariasi, tergantung pada jenis obat yang diberikan. Ada obat yang secara spesifik menyebabkan mual-muntah, ada yang menyebabkan kebotakan, ada yang menyebabkan penurunan sel darah putih. Namun secara umum obat kemoterapi akan menyebabkan mual, kebotakan dan rasa kelelahan. Saat ini berkembang obat-obat yang berfungsi untuk mengatasi efek samping yang muncul pasca kemoterapi sehingga pasien akan merasa lebih nyaman pasca kemoterapi.
Frekuensi pemberian kemoterapi tergantung pada berbagai factor. Dokter akan membuat rencana pengobatan sesuai berdasarkan pada jenis kanker, stadium, factor kesehatan, jenis obat kemoterapi yang diberikan dan metode pengobatan lain yang digunakan.
Pada kanker serviks, pemberian obat kemoterapi umumnya diberikan setiap minggu atau setiap tiga minggu sekali. Jika pemberian dengan metode setiap 3 minggu maka akan diberikan sebanyak 6 siklus. Pada beberapa kasus, kemoterapi tidak bisa dilakukan secara lengkap sebanyak 6 siklus, sehingga dokter terkadang harus memilih alternative pengobatan lain.
Hal-hal yang sebaiknya diketahui sebelum menjalani kemoterapi antara lain:
Kemoterapi merupakan pengobatan yang intensive sehingga pasien sebaiknya mengetahui beberapa hal sebelum menjalani kemoterapi seperti obat kemoterapi apa yang akan diberikan, mengapa obat ini dipilih, berapa lama kemoterapi akan berlangsung dan berapa siklus, apa efek samping yang akan muncul, efek samping apa yang membutuhkan perhatian medis, berapa tingkat kesuksesan pengobatan dengan kemoterapi ini dengan wanita lain pada kasus yang sama, apakah kemoterapi ini akan berdampak pada aktivitas keseharian, apakah ada obat yang akan diberikan untuk mengatasi efek samping kemoterapi.
Kanker serviks dapat berdampak pada kesuburan, hal ini terkadang  sangat sulit untuk dibayangkan. Tapi tetaplah berfikir bahwa ketidaksuburan yang terjadi setelah kanker serviks sebenarnya dapat dielakkan sebab ada beberapa tahapan yang dapat anda lakukan untuk melindungi dan membuat anda tetap akan bisa memiliki anak. Tahapan-tahapan tersebut antara lain :
a)    Vaksin HPV
Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil kelamin karena HPV. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA) pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26 tahun. Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun, seberapa lama vaksin ini dapat memberikan efek perlindungan masih belum jelas. Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Efek samping paling umum adanya nyeri ketika disuntikkan. Vaksin ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.
b)   Terapi Radiasi Kanker Serviks
Terapi radiasi menggunakan energy tinggi seperti sinar-x untuk menurunkan ukuran tumor atau membunuh sel kanker. Jenis pengobatan ini dapat digunakan secara internal dengan material radioaktif yang ditanam dalam bentuk implant dan dimasukkan pada uterus atau secara eksternal dengan menggunakan mesin terapi radiasi.
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang wanita pada daerah genitalia, yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus yang bersifat Onkogenik (menyebabkan kanker). Faktor resiko terjadinya kanker serviks antara lain : perokok, terinfeksi HIV, terinfeksi bakteri klamidia, pil KB, hamil pertama di usia muda, hamil lebih dari 3 kali danriwayat keluarga yang terkena kanker serviks.
3.2    Saran
“Lebih baik mencegah daripada mengobati”
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA