JellyPages.com

Minggu, 01 Desember 2013

KANKER SERVIKS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, dan jenis kelamin. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa tak luput dari serangan kanker. Begitu pula dengan pria maupun wanita dapat terserang penyakit yang paling banyak ditakuti ini. Namun, dari kenyataan yang ada, kaum wanita yang paling banyak terkena kanker. Tidak sedikit dari mereka yang divonis terkena kanker merasa tidak lagi punya masa depan. Penyakit ini sebenarnya timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal serta pola makan dan pola hidup yang tidak sehat, meskipun bisa diketahui kanker bisa diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Kaum wanita cukup rentan terhadap serangan kanker, terutama organ vital seperti payudara, dan organ reproduksi seperti rahim, indung telur, dan vagina. Bagi wanita, penyakit ini menjadi isu yang menakutkan.
Sistem reprosuksi wanita dibagi menjadi dua yaitu organ kelamin luar dan organ kelamin dalam. Organ kelamin luar berfungsi sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung alat kelamin dalam dari infeksi. Saluran kelamin wanita merupakan lubang yang berhubungan dengan dunia luar sehingga mikroorganisme penyebab penyakit masuk dengan mudah dan menginfeksi kandungan. Pada umumnya, mikroorganisme masuk melalui hubungan seksual. Sedangkan organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin) yang terdiri atas:
a)         Indung telur (ovarium) yang berfungsi menghasilkan telur
b)        Saluran tuba (tuba falopii) yang merupakan tempat berlangsungnya pembuahan
c)         Rahim (uterus) yang menjadi tempat berkembangnya buah embrio menjadi janin
d)        Vagina yang merupakan jalan lahir.
Organ kelamin luar disebut juga vulva, dibatasi oleh labium mayora yang identik dengan kantong buah zakar (scrotum) pada lelaki yang mengandung kelenjar keringat dan kelenjar minyak (sebacea). Setelah usia puber, labium mayora akan ditumbuhi rambut dan labium minor yang tepat berada sebelah dalam labium mayora mengelilingi lubang vagina dan lubang urethra. Lubang vagina disebut introitus, berbentuk setengah lingkaran. Pada belakang iroithrus disebut forset. Jika ada rangsangan seksual,saluran kecil pada bagian samping iroithrus akan mengeluarkan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar Bartholini. Urethra berada di bagian depan vagina dan merupakan saluran tempat keluarnya air seni dari kandung kemih.
Labium minor kiri-kanan bertemu didepan membentuk klitoris, yang merupakan tonjolan kecil yang sangat peka terhadap rangsangan seksual. Klitoris dibungkus oleh lipatan kulit yang disebut preputium. Labium minor dan vagina merupakan selaput lendir dan permukaannya tetap lembab meskipun lapisan dalam sama seperti lapisan kulit lain. Labium minor dan vagina kaya dengan pembuluh darah sehingga tampak berwarna kemerah-merahan. Lubang vagina dikelilingi selapur dara (hymen). Kekuatan hymen bervariasi pada setiap wanita hingga pada persetubuhan pertama, hymen bisa robek dan bisa tidak.
Organ kelamin dalam pada keadaan normal, dinding vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang didalam vagina kecuali bila dibuka pada saat pemeriksaan atau waktu bersetubuh. Pada perempuan dewasa, panjang lubang vagina berkisar 7,6-10 cm. pada bagian bawah vagina terdiri atas otot untuk mengatur besarnya garis tengah lubang vagina. Sepertiga bagian atas vagina, terletak di atas lapisan otot tersebut dan musah teregang. Pada puncak vagina terdapat leher rahim (serviks).
Rahim (uterus) terletak dipuncak vagina, berbentuk seperti buah pir terletak dibelakang kandung kemih didepan rektum dan terikat dengan ligamen. Ligamen yaitu jaringan lapisan ganda yang berfungsi untuk menompang organ dalam ke organ dalam lainnya. Rahim terbagi dua bagian yaitu corpus (badan) dan serviks (leher).
Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kea rah lubang vagina. Bagian korpus rahim biasanya membengkok ke depan. Selama masa produktif seorang perempuan, panjang korpus rahim biasanya dua kali panjang leher rahim. Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma laki-laki msuk kedalam dan darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi sempit selama masa ovulasi dan kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat dan  janin yang sudah tertanam di dalam rongga rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama proses persalinan, saluran meregang sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran serviks dilapisi kelenjar yang menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga tidak bisa dilewati sperma kecuali sesaat menjelang masa pelepasan telur dari indung telur (Ovulasi). Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan. Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir diserviks menyimpan sperma yang hidup selama beberapa hari.
Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun Negara berkembang seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang berkembang. Data yang berhasil dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis terbesar dari kanker tersebut adalah kanker serviks (Susanto, 1998). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Perjan Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung, pada tahun 2004 kanker rahim menduduki urutan pertama kanker pada sistem reproduksi wanita dengan jumlah 360 kasus.
Kanker memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak sosial. Dampak fisik ini bisa berupa kecacatan atau penurunan fungsi salah satu anggota tubuh yang diamputasi atau dioperasi, rasa nyeri, kerontokan rambut, bahkan mungkin terjadi perubahan penampilan fisik sebagai efek samping dari pengobatan yang dijalani penderita. Sedangkan dampak psikologis yang mungkin muncul bisa merupakan reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus dihadapinya, rangkaian terapi atau pengobatan yang dijalani penderita dan “kondisi fisiknya yang baru”. Dapat pula diperkirakan akan terjadi perubahan dalam kehidupan sosial pada penderita.
1.2    Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas tentang pengertian kanker serviks, penyebab, gejala, stadium, pencegahan serta pengobatan kanker serviks.
1.3    Tujuan Pembahasan
Makalah ini kami buat dengan tujuan agar kita mampu Menghindari   Kanker serviks atau setidaknya Mencegah Kanker Serviks dan Mengetahui gejala – gejala Kanker Serviks, serta Mampu Mengobati Kaker Serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker paling umum pada sistem reproduksi wanita (Monahan & Neighbors, 1998). Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks mulai tumbuh tidak terkontrol dan kemudian dapat menyerang jaringan terdekat atau menyebar ke seluruh tubuh. Secara histologis terdapat dua tipe utama kanker serviks, yaitu karsinoma skuamosa dan adenokarsinoma. Karsinoma skuamosa terdiri dari 80-95% kanker dan terjadi lebih sering pada usia lanjut. Sisa dari kasus yang ada adalah adenokarsinoma yang terjadi lebih sering pada wanita usia muda dan cenderung akan menjadi kanker yang agresif (berkembang dengan sangat cepat) (Gale & Charette, 1995).
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian akibat kanker yang terbesar bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara global terdapat 600.000 kasus baru dan 300.000 kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara berkembang. Fakta-fakta tersebut membuat kanker leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia, dan menempati urutan pertama di negara berkembang. Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada wanita Indonesia yaitu sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan sekarang 48 juta perempuan Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher rahim. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.
Ada yang menyebutkan bahwa kanker servik yang biasanya dikenal dengan kanker mulut rahim adalah suatu penyakit yang terjadi pada system reproduksi wanita tepatnya pada mulut rahim. Mulut rahim terletak pada bagian bawah uterus yang menghubungkan bagian atas vagina dengan uterus. Panjangnya sekitar 2 inci. Saat melahirkan akan terjadi dilatasi (pelebaran) mulut rahim sehingga bayi dari uterus dapat lewat menuju vagina.
Menurut Lina Mardiana dalam bukunya yang berjudul (Kanker pada Wanita) disebutkan bahwa kanker leher/mulut rahim (serviks) adalah kanker yang menyerang bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke vagina (liang senggama). Kanker ini umumnya tidak tampak, tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya. Tahap awal munculnya kanker rahim dimulai dengan terjadinya mutasi sel secara bertahap, tetapi progresif dan akhirnya berkembang menjadi karsinoma. Kanker leher/mulut rahim dapat menyebar melalui pembuluh darah, pembuluh limfa, atau langsung ke organ vital lain seperti parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing, dan rektum. Hingga saat ini kanker leher/mulut rahim masih menempati urutan pertama penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia, penderita kanker ini terbanyak kedua setelah kanker payudara.
2.2    Etiologi
Virus HPV diduga kuat sebagai penyebab utama kanker Serviks. Virus HPV akan menyernag selaput di dalam mulut dan kerongkongan. Serviks, serta anus. Apabila tidak segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prankanker serviks dalam jangka panjang. Berikut ini beberapa faktor resiko terjadinya kanker serviks :
a)         Merokok
Wanita yang merokok memiliki kemungkinan dua kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak merokok.
b)        Infeksi HIV
Seorang wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang dapat memerangi Infeksi HPV maupun kanker pada stadium awal.
c)         Infeksi bakteri klamidia
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi klamidia saat ini, memiliki resiko kanker serviks lebih tinggi.
d)        Pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks.
e)         Hamil lebih dari tiga kali
Wanita yang menjalani tiga kali atau lebih proses kehamilan memiliki resiko terjadinya kanker serviks lebih tinggi.
f)         Hamil pertama pada usia muda
Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah umur 17 tahun hampir selalu dua kali lebih memungkinkan terkena kanker serviks pada usia tuanya jika dibandingkan dengan wanita yang menunda kehamilanya hingga berusia 25 tahun atau lebih.
g)        Riwayat Keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan anda menderita kanker serviks, resiko anda terkena kanker ini mencapai dua atau tiga kali lipat dibandingkan orang yang tidak ada riwayat kanker serviks pada keluarga.
2.3    Gejala-gejala Kanker Serviks
Pada tahap awal sering tidak ada tanda – tanda yang khas, namun terkadang ditemukan gejala – gejala sebagai berikut :
a)         Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina
b)        Pendarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi pendarahan yang abnormal
c)         Timbulnya pendarahan setelah masa menopause
d)        Pada fase Inpansif dapat keluar cairan warna kuning – kuning, berbau dan dapat bercampur dengan darah
e)         Timbul gejala – gejala anemia bila terjadi pendarahan Kronis
f)         Timbul nyeri Panggul atau perut dibagian bawah bila ada radang panggul
g)        Pada stadium Lanjut, badan menjadi kurus karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum)
Penyebaran kankerserviks ada tiga macam, yaitu :
1)        Melalui Pembuluh Limfe (limfogen) menuju kelenjar getah bening lainnya
2)        Melalui Pembuluh darah (hematogen)
3)         Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing.
2.4    Klasifikasi Pertumbuhan Sel Kanker Serviks
1)   Mikroskopis
a)    Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu
b)   Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks
c)    Stadium karsionoma mikroinvasif
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker
d)   Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks :
a)        Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan
b)        Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium
c)        Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus
2)   Makroskopis
a)         Stadium praklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b)        Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c)         Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d)        Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah
3)  Klasifikasi klinis
a)         Stage 0 : Ca.Pre invasif
b)        Stage I : Ca. Terbatas pada serviks
c)         Stage Ia : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
d)        Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
e)         Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
f)         Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
g)        Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain
2.5    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Sitologi/Pap Smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi
2.      Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna
3.      Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat
4.      Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5.      Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
6.      Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
2.6    Pengobatan
Pada umumnya, kanker leher rahim berhasil diobati, apalagi bila ditemukan secara dini. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.         Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear adalah salah satu cara pemeriksaan sel leher rahim yang dapat mengetahui perubahan perkembangan sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan sel leher rahim dengan cara ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 40-an. Dengan adanya teknik pemeriksaan ini, angka kematian karena kanker rahim turun sampai 75 %.
2.         Operasi
Pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim dilakukan apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada di dalam jaringan serviks dan ukurannya masih < 3 mm, maka dilakukan operasi ekstrafacial histerektomi. Biasanya, operasi ini resiko kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah < 1%.
Kanker serviks tingkat IA2, IB, atau IIA dilakukan operasi pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah bening sekitarnya (radikal histerektomi). Operasi pada kanker serviks meliputi :
a)    Lymphadenectomy, yaitu membuang nodus limfe pada daerah serviks. Jenis operasi ini umum dilakukan pada kanker serviks.
b)   Radikal trachelectomy, yaitu membuang serviks dan jaringan yang ada disekitarnya.  Kombinasi radikal trachelectomy dan lymphadenectomy merupakan pilihan operasi bagi wanita muda yang mengidap kanker serviks stadium awal bagi yang ingin mempertahankan kesuburannya.
c)    Radikal hysterectomy, yaitu operasi mengangkat uterus, serviks dan sebagian vagina. Pada beberapa kasus, ovarium, tuba falopi dan nodus limfe juga ikut diangkat. Jenis operasi ini dikombinasikan dengan kemoterapi atau terapi radiasi.
d)   Bilateral Salpingo-oophorectomy, yaitu operasi mengangkat kedua ovarium dan tuba falopi. Jenis operasi ini pada beberapa kasus dikombinasikan dengan hysterectomy.
3.         Pengobatan dengan zat kimia (Khemoterapi)
Kemoterapi adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel kanker. Obat ini menyasar sel kanker dengan cara merusak dan menghambat factor-faktor pertumbuhan sel. Pada beberapa jenis obat kemoterapi yang konvensional efek obat kemo tidak hanya berakibat pada sel kanker saja tapi juga pada sel yang sehat. Sehingga sering kali muncul efek samping pasca pemberian kemoterapi, contohnya adalah kebotakan, mual dan muntah. Obat kemoterapi biasanya diberikan melalui intravena (IV) atau per oral. Sebenarnya terdapat rute lain lagi yang bisa digunakan namun untuk kanker serviks pemberiannya lebih umum dengan intravena atau mulut.
Beberapa jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada pengobatan kanker serviks adalah:
a)    Carboplatin
b)   Cisplatin
c)    Paclitaxel
d)   Fluorouracil (5FU)
e)    Cyclophosphamide
f)    Docetaxel
g)   Ifosfamide
h)   Gemcitabine
Efek samping yang sering terjadi pada kemoterapi dapat bervariasi, tergantung pada jenis obat yang diberikan. Ada obat yang secara spesifik menyebabkan mual-muntah, ada yang menyebabkan kebotakan, ada yang menyebabkan penurunan sel darah putih. Namun secara umum obat kemoterapi akan menyebabkan mual, kebotakan dan rasa kelelahan. Saat ini berkembang obat-obat yang berfungsi untuk mengatasi efek samping yang muncul pasca kemoterapi sehingga pasien akan merasa lebih nyaman pasca kemoterapi.
Frekuensi pemberian kemoterapi tergantung pada berbagai factor. Dokter akan membuat rencana pengobatan sesuai berdasarkan pada jenis kanker, stadium, factor kesehatan, jenis obat kemoterapi yang diberikan dan metode pengobatan lain yang digunakan.
Pada kanker serviks, pemberian obat kemoterapi umumnya diberikan setiap minggu atau setiap tiga minggu sekali. Jika pemberian dengan metode setiap 3 minggu maka akan diberikan sebanyak 6 siklus. Pada beberapa kasus, kemoterapi tidak bisa dilakukan secara lengkap sebanyak 6 siklus, sehingga dokter terkadang harus memilih alternative pengobatan lain.
Hal-hal yang sebaiknya diketahui sebelum menjalani kemoterapi antara lain:
Kemoterapi merupakan pengobatan yang intensive sehingga pasien sebaiknya mengetahui beberapa hal sebelum menjalani kemoterapi seperti obat kemoterapi apa yang akan diberikan, mengapa obat ini dipilih, berapa lama kemoterapi akan berlangsung dan berapa siklus, apa efek samping yang akan muncul, efek samping apa yang membutuhkan perhatian medis, berapa tingkat kesuksesan pengobatan dengan kemoterapi ini dengan wanita lain pada kasus yang sama, apakah kemoterapi ini akan berdampak pada aktivitas keseharian, apakah ada obat yang akan diberikan untuk mengatasi efek samping kemoterapi.
Kanker serviks dapat berdampak pada kesuburan, hal ini terkadang  sangat sulit untuk dibayangkan. Tapi tetaplah berfikir bahwa ketidaksuburan yang terjadi setelah kanker serviks sebenarnya dapat dielakkan sebab ada beberapa tahapan yang dapat anda lakukan untuk melindungi dan membuat anda tetap akan bisa memiliki anak. Tahapan-tahapan tersebut antara lain :
a)    Vaksin HPV
Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil kelamin karena HPV. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA) pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26 tahun. Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun, seberapa lama vaksin ini dapat memberikan efek perlindungan masih belum jelas. Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Efek samping paling umum adanya nyeri ketika disuntikkan. Vaksin ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.
b)   Terapi Radiasi Kanker Serviks
Terapi radiasi menggunakan energy tinggi seperti sinar-x untuk menurunkan ukuran tumor atau membunuh sel kanker. Jenis pengobatan ini dapat digunakan secara internal dengan material radioaktif yang ditanam dalam bentuk implant dan dimasukkan pada uterus atau secara eksternal dengan menggunakan mesin terapi radiasi.
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang wanita pada daerah genitalia, yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus yang bersifat Onkogenik (menyebabkan kanker). Faktor resiko terjadinya kanker serviks antara lain : perokok, terinfeksi HIV, terinfeksi bakteri klamidia, pil KB, hamil pertama di usia muda, hamil lebih dari 3 kali danriwayat keluarga yang terkena kanker serviks.
3.2    Saran
“Lebih baik mencegah daripada mengobati”
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar