BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker dapat
menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, dan
jenis kelamin. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa tak luput dari serangan
kanker. Begitu pula dengan pria maupun wanita dapat terserang penyakit yang paling
banyak ditakuti ini. Namun, dari kenyataan yang ada, kaum wanita yang paling
banyak terkena kanker. Tidak sedikit dari mereka yang divonis terkena kanker
merasa tidak lagi punya masa depan. Penyakit ini sebenarnya timbul akibat
kondisi fisik yang tidak normal serta pola makan dan pola hidup yang tidak
sehat, meskipun bisa diketahui kanker bisa diturunkan oleh orang tua kepada
anaknya. Kaum wanita cukup rentan terhadap serangan kanker, terutama organ
vital seperti payudara, dan organ reproduksi seperti rahim, indung telur, dan
vagina. Bagi wanita, penyakit ini menjadi isu yang menakutkan.
Sistem reprosuksi wanita dibagi menjadi dua yaitu
organ kelamin luar dan organ kelamin dalam. Organ kelamin luar berfungsi
sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung alat
kelamin dalam dari infeksi. Saluran kelamin wanita merupakan lubang yang
berhubungan dengan dunia luar sehingga mikroorganisme penyebab penyakit masuk
dengan mudah dan menginfeksi kandungan. Pada umumnya, mikroorganisme masuk
melalui hubungan seksual. Sedangkan organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur
(saluran kelamin) yang terdiri atas:
a)
Indung telur (ovarium) yang berfungsi menghasilkan
telur
b)
Saluran tuba (tuba falopii) yang merupakan tempat
berlangsungnya pembuahan
c)
Rahim (uterus) yang menjadi tempat berkembangnya buah
embrio menjadi janin
d)
Vagina yang merupakan jalan lahir.
Organ kelamin luar disebut juga vulva, dibatasi oleh
labium mayora yang identik dengan kantong buah zakar (scrotum) pada lelaki yang
mengandung kelenjar keringat dan kelenjar minyak (sebacea). Setelah usia puber,
labium mayora akan ditumbuhi rambut dan labium minor yang tepat berada sebelah
dalam labium mayora mengelilingi lubang vagina dan lubang urethra. Lubang
vagina disebut introitus, berbentuk setengah lingkaran. Pada belakang iroithrus
disebut forset. Jika ada rangsangan seksual,saluran kecil pada bagian samping
iroithrus akan mengeluarkan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar
Bartholini. Urethra berada di bagian depan vagina dan merupakan saluran tempat
keluarnya air seni dari kandung kemih.
Labium minor kiri-kanan bertemu didepan membentuk
klitoris, yang merupakan tonjolan kecil yang sangat peka terhadap rangsangan
seksual. Klitoris dibungkus oleh lipatan kulit yang disebut preputium. Labium
minor dan vagina merupakan selaput lendir dan permukaannya tetap lembab
meskipun lapisan dalam sama seperti lapisan kulit lain. Labium minor dan vagina
kaya dengan pembuluh darah sehingga tampak berwarna kemerah-merahan. Lubang
vagina dikelilingi selapur dara (hymen). Kekuatan hymen bervariasi pada setiap
wanita hingga pada persetubuhan pertama, hymen bisa robek dan bisa tidak.
Organ kelamin dalam pada keadaan normal, dinding
vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang
didalam vagina kecuali bila dibuka pada saat pemeriksaan atau waktu bersetubuh.
Pada perempuan dewasa, panjang lubang vagina berkisar 7,6-10 cm. pada bagian
bawah vagina terdiri atas otot untuk mengatur besarnya garis tengah lubang
vagina. Sepertiga bagian atas vagina, terletak di atas lapisan otot tersebut
dan musah teregang. Pada puncak vagina terdapat leher rahim (serviks).
Rahim (uterus) terletak dipuncak vagina, berbentuk
seperti buah pir terletak dibelakang kandung kemih didepan rektum dan terikat
dengan ligamen. Ligamen yaitu jaringan lapisan ganda yang berfungsi untuk
menompang organ dalam ke organ dalam lainnya. Rahim terbagi dua bagian yaitu
corpus (badan) dan serviks (leher).
Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kea
rah lubang vagina. Bagian korpus rahim biasanya membengkok ke depan. Selama
masa produktif seorang perempuan, panjang korpus rahim biasanya dua kali
panjang leher rahim. Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma
laki-laki msuk kedalam dan darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi
sempit selama masa ovulasi dan kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat dan janin yang sudah tertanam di dalam rongga
rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama proses persalinan, saluran meregang
sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran serviks dilapisi kelenjar yang
menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga tidak bisa dilewati sperma
kecuali sesaat menjelang masa pelepasan telur dari indung telur (Ovulasi). Pada
saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan
terjadilah pembuahan. Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir
diserviks menyimpan sperma yang hidup selama beberapa hari.
Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu
penyebab kematian kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju
maupun Negara berkembang seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih
500.000 kasus baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang
berkembang. Data yang berhasil dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia menunjukkan, bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini
diperkirakan setiap tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis
terbesar dari kanker tersebut adalah kanker serviks (Susanto, 1998). Berdasarkan
hasil studi pendahuluan di Perjan Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung,
pada tahun 2004 kanker rahim menduduki urutan pertama kanker pada sistem
reproduksi wanita dengan jumlah 360 kasus.
Kanker memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak
sosial. Dampak fisik ini bisa berupa kecacatan atau penurunan fungsi salah satu
anggota tubuh yang diamputasi atau dioperasi, rasa nyeri, kerontokan rambut,
bahkan mungkin terjadi perubahan penampilan fisik sebagai efek samping dari
pengobatan yang dijalani penderita. Sedangkan dampak psikologis yang mungkin
muncul bisa merupakan reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus
dihadapinya, rangkaian terapi atau pengobatan yang dijalani penderita dan
“kondisi fisiknya yang baru”. Dapat pula diperkirakan akan terjadi perubahan
dalam kehidupan sosial pada penderita.
1.2 Rumusan
Masalah
Makalah ini akan
membahas tentang pengertian kanker serviks, penyebab, gejala, stadium,
pencegahan serta pengobatan kanker serviks.
1.3 Tujuan
Pembahasan
Makalah ini kami buat dengan tujuan
agar kita mampu Menghindari Kanker serviks atau setidaknya Mencegah
Kanker Serviks dan Mengetahui gejala – gejala Kanker Serviks, serta Mampu
Mengobati Kaker Serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Kanker merupakan
penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker
memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis
kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks
adalah kanker paling umum pada sistem reproduksi wanita (Monahan &
Neighbors, 1998). Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks mulai tumbuh
tidak terkontrol dan kemudian dapat menyerang jaringan terdekat atau menyebar
ke seluruh tubuh. Secara histologis terdapat dua tipe utama kanker serviks,
yaitu karsinoma skuamosa dan adenokarsinoma. Karsinoma skuamosa terdiri dari
80-95% kanker dan terjadi lebih sering pada usia lanjut. Sisa dari kasus yang
ada adalah adenokarsinoma yang terjadi lebih sering pada wanita usia muda dan
cenderung akan menjadi kanker yang agresif (berkembang dengan sangat cepat)
(Gale & Charette, 1995).
Kanker serviks
atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian akibat kanker yang terbesar
bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara global terdapat 600.000 kasus
baru dan 300.000 kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara
berkembang. Fakta-fakta tersebut membuat kanker leher rahim menempati posisi
kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia, dan menempati urutan pertama di
negara berkembang. Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada
wanita Indonesia yaitu sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan
sekarang 48 juta perempuan Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher rahim.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu
bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata
kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai
puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.
Ada yang
menyebutkan bahwa kanker servik yang biasanya dikenal dengan kanker mulut rahim
adalah suatu penyakit yang terjadi pada system reproduksi wanita tepatnya pada
mulut rahim. Mulut rahim terletak pada bagian bawah uterus yang menghubungkan
bagian atas vagina dengan uterus. Panjangnya sekitar 2 inci. Saat melahirkan
akan terjadi dilatasi (pelebaran) mulut rahim sehingga bayi dari uterus dapat
lewat menuju vagina.
Menurut Lina
Mardiana dalam bukunya yang berjudul (Kanker pada Wanita) disebutkan bahwa
kanker leher/mulut rahim (serviks) adalah kanker yang menyerang bagian ujung
bawah rahim yang menonjol ke vagina (liang senggama). Kanker ini umumnya tidak
tampak, tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya. Tahap awal munculnya kanker
rahim dimulai dengan terjadinya mutasi sel secara bertahap, tetapi progresif
dan akhirnya berkembang menjadi karsinoma. Kanker leher/mulut rahim dapat
menyebar melalui pembuluh darah, pembuluh limfa, atau langsung ke organ vital
lain seperti parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing, dan rektum.
Hingga saat ini kanker leher/mulut rahim masih menempati urutan pertama
penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia,
penderita kanker ini terbanyak kedua setelah kanker payudara.
2.2
Etiologi
Virus HPV diduga kuat sebagai
penyebab utama kanker Serviks. Virus HPV akan menyernag selaput di dalam mulut
dan kerongkongan. Serviks, serta anus. Apabila tidak segera terdeteksi, infeksi
virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prankanker serviks dalam jangka
panjang. Berikut ini beberapa faktor resiko terjadinya kanker serviks :
a)
Merokok
Wanita yang merokok memiliki kemungkinan dua kali
lipat terkena kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak merokok.
b)
Infeksi HIV
Seorang wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem
kekebalan tubuh yang kurang dapat memerangi Infeksi HPV maupun kanker pada
stadium awal.
c)
Infeksi bakteri klamidia
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang
memiliki sejarah atau infeksi klamidia saat ini, memiliki resiko kanker serviks
lebih tinggi.
d)
Pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker serviks.
e)
Hamil lebih dari tiga kali
Wanita yang menjalani tiga kali atau lebih proses
kehamilan memiliki resiko terjadinya kanker serviks lebih tinggi.
f)
Hamil pertama pada usia muda
Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah umur 17
tahun hampir selalu dua kali lebih memungkinkan terkena kanker serviks pada
usia tuanya jika dibandingkan dengan wanita yang menunda kehamilanya hingga
berusia 25 tahun atau lebih.
g)
Riwayat Keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan anda menderita kanker
serviks, resiko anda terkena kanker ini mencapai dua atau tiga kali lipat
dibandingkan orang yang tidak ada riwayat kanker serviks pada keluarga.
2.3
Gejala-gejala Kanker Serviks
Pada tahap awal
sering tidak ada tanda – tanda yang khas, namun terkadang ditemukan gejala –
gejala sebagai berikut :
a)
Keputihan atau
keluar cairan encer dari vagina
b)
Pendarahan
setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi pendarahan yang abnormal
c)
Timbulnya pendarahan
setelah masa menopause
d)
Pada fase
Inpansif dapat keluar cairan warna kuning – kuning, berbau dan dapat bercampur
dengan darah
e)
Timbul gejala –
gejala anemia bila terjadi pendarahan Kronis
f)
Timbul nyeri
Panggul atau perut dibagian bawah bila ada radang panggul
g)
Pada stadium
Lanjut, badan menjadi kurus karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum)
Penyebaran
kankerserviks ada tiga macam, yaitu :
1)
Melalui Pembuluh
Limfe (limfogen) menuju kelenjar getah bening lainnya
2)
Melalui Pembuluh
darah (hematogen)
3)
Penyebaran langsung ke parametrium, korpus
uterus, vagina, kandung kencing.
2.4
Klasifikasi Pertumbuhan Sel Kanker Serviks
1)
Mikroskopis
a)
Displasia
Displasia
ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu
b)
Stadium karsinoma insitu
Pada
karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks
c)
Stadium karsionoma mikroinvasif
Pada
karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat
juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih
5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan
pada skrining kanker
d)
Stadium karsinoma invasif
Pada
karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk
sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior
serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan
karsinoma serviks :
a)
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh
kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam
vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan
b)
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus
dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri
dan parametrium
c)
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks
yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus
2)
Makroskopis
a)
Stadium
praklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b)
Stadium
permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c)
Stadium setengah
lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir
porsio
d)
Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah
3) Klasifikasi
klinis
a)
Stage 0 : Ca.Pre invasif
b)
Stage I : Ca. Terbatas pada serviks
c)
Stage Ia : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui
secara histopatologis
d)
Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
e)
Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum
sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga
bagian proksimal
f)
Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga
bagian bawah vagina
g)
Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain
2.5
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Sitologi/Pap
Smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang
tidak terlihat
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat
lokalisasi
2.
Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen
karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna
3.
Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang
bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat
saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat
4.
Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5.
Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
6.
Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
2.6
Pengobatan
Pada umumnya,
kanker leher rahim berhasil diobati, apalagi bila ditemukan secara dini.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Pemeriksaan Pap
Smear
Pemeriksaan Pap
Smear adalah salah satu cara pemeriksaan sel leher rahim yang dapat mengetahui
perubahan perkembangan sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel
kanker sejak dini. Pemeriksaan sel leher rahim dengan cara ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 40-an. Dengan adanya teknik pemeriksaan ini, angka
kematian karena kanker rahim turun sampai 75 %.
2.
Operasi
Pada prinsipnya,
operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim dilakukan apabila kanker belum
menyebar. Bila tumor masih berada di dalam jaringan serviks dan ukurannya masih
< 3 mm, maka dilakukan operasi ekstrafacial histerektomi. Biasanya, operasi
ini resiko kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah < 1%.
Kanker serviks
tingkat IA2, IB, atau IIA dilakukan operasi pengangkatan rahim secara total
berikut kelenjar getah bening sekitarnya (radikal histerektomi). Operasi pada kanker
serviks meliputi :
a)
Lymphadenectomy,
yaitu membuang nodus limfe pada daerah serviks. Jenis operasi ini umum
dilakukan pada kanker
serviks.
b)
Radikal
trachelectomy, yaitu membuang serviks dan jaringan yang ada disekitarnya.
Kombinasi radikal trachelectomy dan lymphadenectomy merupakan pilihan
operasi bagi wanita muda yang mengidap kanker serviks stadium awal bagi yang
ingin mempertahankan kesuburannya.
c)
Radikal
hysterectomy, yaitu operasi mengangkat uterus, serviks dan sebagian vagina.
Pada beberapa kasus, ovarium, tuba falopi dan nodus limfe juga ikut diangkat.
Jenis operasi ini dikombinasikan dengan kemoterapi atau terapi radiasi.
d)
Bilateral
Salpingo-oophorectomy, yaitu operasi mengangkat kedua ovarium dan tuba falopi.
Jenis operasi ini pada beberapa kasus dikombinasikan dengan hysterectomy.
3.
Pengobatan
dengan zat kimia (Khemoterapi)
Kemoterapi
adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel kanker. Obat
ini menyasar sel kanker dengan cara merusak dan menghambat factor-faktor
pertumbuhan sel. Pada beberapa jenis obat kemoterapi yang konvensional efek
obat kemo tidak hanya berakibat pada sel kanker saja tapi juga pada sel yang sehat. Sehingga sering
kali muncul efek samping pasca pemberian kemoterapi, contohnya adalah
kebotakan, mual dan muntah. Obat kemoterapi biasanya diberikan melalui
intravena (IV) atau per oral. Sebenarnya terdapat rute lain lagi yang bisa
digunakan namun untuk kanker serviks pemberiannya lebih umum dengan intravena
atau mulut.
Beberapa jenis
kemoterapi yang biasanya digunakan pada pengobatan kanker serviks adalah:
a)
Carboplatin
b)
Cisplatin
c)
Paclitaxel
d)
Fluorouracil
(5FU)
e)
Cyclophosphamide
f)
Docetaxel
g)
Ifosfamide
h)
Gemcitabine
Efek samping
yang sering terjadi pada kemoterapi dapat bervariasi, tergantung pada jenis
obat yang diberikan. Ada obat yang secara spesifik menyebabkan mual-muntah, ada
yang menyebabkan kebotakan, ada yang menyebabkan penurunan sel darah putih.
Namun secara umum obat kemoterapi akan menyebabkan mual, kebotakan dan rasa
kelelahan. Saat ini berkembang obat-obat yang berfungsi untuk mengatasi efek
samping yang muncul pasca kemoterapi sehingga pasien akan merasa lebih nyaman
pasca kemoterapi.
Frekuensi
pemberian kemoterapi tergantung pada berbagai factor. Dokter akan membuat
rencana pengobatan sesuai berdasarkan pada jenis kanker, stadium,
factor kesehatan, jenis obat kemoterapi yang diberikan dan metode pengobatan
lain yang digunakan.
Pada kanker
serviks, pemberian obat kemoterapi umumnya diberikan setiap minggu atau setiap
tiga minggu sekali. Jika pemberian dengan metode setiap 3 minggu maka akan
diberikan sebanyak 6 siklus. Pada beberapa kasus, kemoterapi tidak bisa
dilakukan secara lengkap sebanyak 6 siklus, sehingga dokter terkadang harus
memilih alternative pengobatan lain.
Hal-hal yang sebaiknya diketahui sebelum menjalani
kemoterapi antara lain:
Kemoterapi
merupakan pengobatan yang intensive sehingga pasien sebaiknya mengetahui
beberapa hal sebelum menjalani kemoterapi seperti obat kemoterapi apa yang akan
diberikan, mengapa obat ini dipilih, berapa lama kemoterapi akan berlangsung
dan berapa siklus, apa efek samping yang akan muncul, efek samping apa yang
membutuhkan perhatian medis, berapa tingkat kesuksesan pengobatan dengan
kemoterapi ini dengan wanita lain pada kasus yang sama, apakah kemoterapi ini
akan berdampak pada aktivitas keseharian, apakah ada obat yang akan diberikan
untuk mengatasi efek samping kemoterapi.
Kanker serviks dapat
berdampak pada kesuburan, hal ini terkadang sangat sulit untuk
dibayangkan. Tapi tetaplah berfikir bahwa ketidaksuburan yang terjadi setelah kanker serviks
sebenarnya dapat dielakkan sebab ada beberapa tahapan yang dapat anda lakukan
untuk melindungi dan membuat anda tetap akan bisa memiliki anak.
Tahapan-tahapan tersebut antara lain :
a)
Vaksin HPV
Vaksin HPV saat
ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil kelamin karena
HPV. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA)
pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26 tahun. Keefektifan
vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun, seberapa lama vaksin
ini dapat memberikan efek perlindungan masih belum jelas. Sebaiknya vaksin
diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan
HPV. Efek samping paling umum adanya nyeri ketika disuntikkan. Vaksin ini belum
direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit informasi mengenai
keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat melindungi dari
paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap
diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk
semua tipe HPV.
b)
Terapi Radiasi
Kanker Serviks
Terapi radiasi
menggunakan energy tinggi seperti sinar-x untuk menurunkan ukuran tumor atau
membunuh sel kanker. Jenis pengobatan ini dapat digunakan secara internal
dengan material radioaktif yang ditanam dalam bentuk implant dan dimasukkan
pada uterus atau secara eksternal dengan menggunakan mesin terapi radiasi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang wanita
pada daerah genitalia, yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus yang bersifat
Onkogenik (menyebabkan kanker). Faktor resiko terjadinya kanker serviks antara
lain : perokok, terinfeksi HIV, terinfeksi bakteri klamidia, pil KB, hamil
pertama di usia muda, hamil lebih dari 3 kali danriwayat keluarga yang terkena
kanker serviks.
3.2
Saran
“Lebih baik
mencegah daripada mengobati”
Penulis menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu penulis sangat
membutuhkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar